Periode 2003-2006 Sekretariat HIV/AIDS PB IDI
Prof. DR. Dr. Sudarto Ronoatmodjo, MSc
Penyakit
menular HIV/AIDS memang harus ditangani secara khusus, hal ini dilihat
dari peningkatan penderita HIV/AIDS setiap tahunnya. Tidak dikota-kota
besar saja seperti DKI Jakarta, Bali namun peningkatan tertinggi juga
terdapat di Papua. Dari pihak Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
telah banyak melakukan langkah-langkah dalam penanganan HIV/AIDS di
Indonesia, bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dan instansi peduli
akan peningkatan penyebaran HIV/AIDS.
Langkah
awal adalah dengan menerbitkan buku panduan. Sekretariat HIV/AIDS PB
IDI telah menerbitkan tiga buah buku yang berjudul Pencegahan Penyakit
Menular, Pencegahan Pasca Pajanan dan Stigmatisasi dan Diskriminasi pada
HIV/AIDS. Buku yang ditulis diantaranya dr. Adib Khumaidi, dr. Dyah A
Waluyo, dr. Hendra Widjaja, dr. Mawari Edi, dr. Pandu Riono, dr. Robert
Gandasentana, dr. Rudi Nuriadi, dr. Nurhidayat Pua Upa, Prof. Sudarto
Ronoatmodjo dan dr. Zainal Abidin. Dalam pembuatan buku ini sekretariat
HIV/AIDS meminta penasehat-penasehat ahli seperti dr. Samsuridjal
Djauzi, SpPD, KAI, FACP dan Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM untuk
penyempurnaan informasi pada buku ini. Pembuatan buku ini
didukung oleh Family Health International (FHI), Aksi Stop AIDS (ASA)
dan USAID. Dan digunakan dibagikan kepada tenaga ahli seperti dokter,
perawat and instansi kesehatan.
Buku Pencegahan Penyakit Menular
lebih dalam membahas mengenai bagamana cara menghindari dan mencegah
agar virus tersebut tidak masuk kedalam tubuh, dengan menjalankan
standar prosedur pelayanan, hal yang paling mudah adalah dengan mencuci
tangan, melakukan segala sesuatu lebih baik menggunakan sarung tangga.
Hal inilah yang memang mudah dilakukan namun masih banyak saja instansi
kesehatan yang tidak memperhatikan hal kecil ini. Serta buku yang lain
adalah Stigmatisasi dan Diskriminasi pada HIV AIDS, buku yang membahas
bagaimana perlakuan profesi kesehatan kepada penderita HIV/AIDS.
Beberapa dokter ataupun profesi kesehatan lainnya masih merasa takut
dalam menangani pasien AIDS, dengan alasan AIDS adalah penyakit yang
mematikan yang menyerang ketahanan tubuh dan masih belum ada obat yang
benar-benar dapat mematikan virus ini. Obat-obatan yang ada saat ini
adalah untuk memperlambat perkembangan virus dan menjaga ketahanan tubuh
penderita. Stigmatisasi dan diskriminasi pada pasien HIV/AIDS
seharusnya dapat dihilangkan jika para profesi kesehatan tahu lebih
dalam bagaimana cara penularaan dan penyakit ini tidak menular hanya
dengan berjabat tangan atau hanya dengan berbincang-bincang. Dengan
adanya ketiga buku ini diharapkan semua instansi kesehatan baik itu
tenaga medis, dokter, perawat, maupun administrasi RS dapat
memperlakukan hal yang sma kepada pasien HIV/AIDS dalam hak memdapatkan
pelayanan kesehatan.
Program utama lain adalah pembuatan
database bagi dokter dan dokter spesialis yang telah mengikuti pelatihan
CST dan dokter-dokter yang berpengalaman dalam menangani pasien
HIV/AIDS. Tujuan utama program ini adalah mengingat masih perlunya
dokter-dokter yang berpengalaman dan terlatih untuk memangani pasien
HIV/AIDS yang diperlukan di Instansi kesehatan. Harus diakui,
Indonesiamasih butuh banyak dokter yang berpengalaman dalam menangani
pasien HIV/AIDS terutama untuk daerah-daerah yang memang sebagai target
pencegahan HIV/AIDS. Kemudian Sekretariat juga selalu melaksanakan rutin
pertemuan dengan pihak terkait untuk bertukar pikiran dan pengalaman
dalam menangani penanggulangan HIV/AIDS serta menentukan
strategi-strategi yang lebih tepat sasaran dalam penangulangannya.
Setiap bulan pertemuan ini dilakukan setiap sekali dalam seminggu.
Bersama dengan pihak-pihak lain yang bekerja dalam penangulangan HIVAIDS
secara bersama-sama dengan PB IDI melakukan analisis-analisis
perkembangan penangulangan HIV dan mendiskusikan strategi apa yang
tepat.
Di tahun 2006 PB IDI bersama dengan Australia Society of
HIV/AIDS Medicine (ASHM) memberikan beasiswa kepada para profesi
kesehatan untuk mengikuti konferensi ASHM di Australia. Beasiswa ini
diberikan kepada para calon peserta yang membuat abstrak tentang
HIV/AIDS terbaik, abstrakterbaik ini akan dipersentasikan di konferensi
ASHM. Dari Indonesia
yang terjaring oleh PB IDI, yang berhasil mendapatkan abstrak terbaik
sebanyak 20 peserta. Pemberangkatan para peserta pada konferensi ASHM
ini didukung oleh IHPCP. Dalam wawancaranya Prof. Sudarto mengatakan,
“dengan adalanya beasiswa ini diharapakan akan terus berjalan setiap
tahunnya dan akan semakin banyak lagi para peserta yang dapat megikuti
konferensi ASHM. Ini merupakan salah satu cara mendapat pengalaman dari
berbagai Negara untuk menanggulai HIV/AIDS di Dunia, khusunya di Indonesia.”
Selain
itu dari PB IDI juga mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan atau konferensi AIDS. Dan informasi ini
disebarluaskan kepada instansi terkait. Ditahun 2005 dan 2006 PB IDI
telah mengirimkan 4 dokter mewakili PB IDI untuk mengikuti konferensi
ASHM guna mengikuti short term training dalam care support and treatment
HIV/AIDS.
Program utama lainnya adalah dengan membuat strategi
Nasional PB IDI yang akan disebarluaskan informasinya ke seluruh cabang
IDI Wilayah dan instansi kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu starteginya adalah membuat website yang khusus berisi berita
terbaru mengenai perkembangan penangulangan HIV/AIDS. Stranas ini
diadakan belum lama ini tepatnya pada tanggal 23 September 2006 di Hotel
Grand Cempaka Jakarta. Penyusunan Stranas ini didukung dengan kerjasama
berbagai pihak sebut saja IHPCP, Komisi Penangulangan AIDS, PDPAI, WHO,
Subdit HIV/AIDS P2M, Subdit TB P2M, IDI Wilayah, IDI cabang dan lembaga
kesehatan lain yang berhubungan dengan penanggulangan HIV/AIDS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar