Semarang
Pelaksanaan Survei Cepat Perilaku
Pengguna NAPZA Suntik Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (SCP Penasun
KPAN) untuk wilayah kota Semarang berlangsung sejak awal Februari 2012.
Survei yang sedianya dijadwalkan berlangsung pada 2011, pelaksanaannya
mundur dari waktu yang telah direncanakan.
Untuk wilayah Jawa Tengah, pelaksana lapangan survei dikoordinir oleh
petugas lapangan Lembaga Pelopor Perubahan, Semarang. KPA Provinsi
Jateng dalam hal ini bertugas sebagai pengawas dan pemantau program. Tri
Indra, koordinator lapangan survei mengungkapkan kendala-kendala dalam
pelaksanaan survei.
“Pengguna NAPZA Suntik yang aktif mengakses jarum suntik di layanan
Harm Reduction di wilayah kota Semarang tidak banyak. Bahkan beberapa
diantaranya tidak menetap di kota Semarang dan sering berpindah-pindah,”
ungkapnya pada NapzaIndonesia.com, Senin (20/2).
Menurutnya, survei yang melibatkan pengguna NAPZA suntik sebagai
responden ini tak berdampak langsung pada kebutuhan dan kondisi di
lapangan. Sejak dilakukannya survey serupa pada 2009 lalu, dampaknya
kurang bisa dirasakan bagi pengguna NAPZA suntik secara langsung.
“Dampak survey secara langsung maupun tidak langsung masih kurang
mengena. Responden sudah meluangkan waktu untuk diwawancara, namun
kompensasi yang diberikan sangat minim. Kesannya responden hanya menjadi
obyek dalam survei semacam ini,” imbuhnya.
Pernyataan senada juga diungkapkan salah seorang pewawancara yang
sehari-hari bekerja sebagai petugas penjangkau pada layanan Harm
Reduction, Yoga. Yoga terlibat dalam SCP sejak 2009 lalu sebagai
pewawancara.
“Hal yang disampaikan oleh penasun yang saya temui di lapangan adalah
bahwa mereka kurang bisa merasakan dampak dari keterlibatan dalam
survey sebagai responden. Beberapa orang malah cenderung menutup diri
ketika diwawancarai,” ujarnya.
Menurutnya, survey ini kurang tepat sasaran karena tidak melihat
kebutuhan pengguna NAPZA secara luas. Aspek yang seharusnya
diperhatikan, bukan hanya tentang kesehatan, namun juga tentang advokasi
hukum.
“Untuk wilayah kota Semarang, sulit menemukan pengguna NAPZA yang
masih aktif namun mau terbuka. Pengguna NAPZA masih ragu akan keamanan
dan kenyamanan mengakses layanan di fasilitas kesehatan seperti
Puskesmas yang dianggap masih melakukan stigmatisasi dalam memberikan
layanan,” imbuhnya.
Yoga juga menyampaikan himbauannya untuk pelaksanaan survey mendatang
untuk lebih jeli melihat kondisi di lapangan sehingga bisa tepat
sasaran dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi pengguna NAPZA. Karena
situasi pengguna NAPZA di Kota Semarang saat ini justru didominasi oleh
pengguna ganja,shabu dan obat-obatan golongan benzodiazepine. (IH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar